Mahasiswa Eksodus Yang Termakan Isu Rasial Kembali ke Kota Tempat Studi - Berita Papua

Breaking

Rabu, 29 Januari 2020

Mahasiswa Eksodus Yang Termakan Isu Rasial Kembali ke Kota Tempat Studi

Mahasiswa Eksodus Yang Termakan Isu Rasial Kembali ke Kota Tempat Studi

Berangkat dari Bandara Mozes Kilangin Timika menggunakan Pesawat Sriwijaya Air, sebanyak 45 mahasiswa asal Mimika, Papua, yang terhasut isu rasial dan kerusuhan di Surabaya, Agustus 2019 lalu, kini kembali ke kota tempat studinya di Salatiga, Semarang, Jawa Tengah untuk melanjutkan pendidikannya.

Senior mahasiswa asal Mimika Joni Jangkup mengatakan, ada 45 mahasiswa yang kembali ke kota tempat studi. Sebelumnya, mahasiswa tersebut pulang ke Papua akibat terpancing isu rasial dan kerusuhan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab pada Agustus 2019 lalu.

Setelah berada di Mimika, para mahasiswa tidak mendapatkan kepastian akan nasib pendidikan mereka. Mereka merasa tertipu dengan isu tersebut. Para mahasiswa senior kemudian berupaya melobi agar mereka bisa mendapat dana untuk memberangkatkan kembali para mahasiswa tersebut.

"Sebenarnya teman-teman sudah lama ingin kembali ke kota studi, tetapi belum ada jalan untuk kembali. Kembalinya teman-teman mahasiswa ini, karena usaha dan upaya kami yang melakukan lobi-lobi ke beberapa pihak,” kata Joni kepada wartawan.

Diketahui saat ini masih ada sekitar 200 mahasiswa yang berada di Mimika yang membutuhkan perhatian dari pemerintah daerah, agar bisa difasilitasi kembali ke kota studi. Dia pun berharap bagi mereka yang sudah kembali ke kota studi dapat kuliah dengan baik.

"Kami berharap teman-teman yang belum bisa kembali ke kota studi untuk difasilitasi," ujar Joni.

Raymon Nirigi yang juga senior mahasiswa mengatakan, orang tua dari puluhan mahasiswa ini berharap anak mereka bisa kembali berkuliah. Pemerintah daerah dan LPMAK sebenarnya telah membentuk tim masing-masing, dan berkunjung ke sejumlah kota studi. Namun, belum juga ada kepastian kapan mereka bisa kembali.

"Karena tidak ada kepastian, jadi kami selaku senior berupaya untuk memberangkatkan adik-adik kami kembali kuliah," kata Raymon.

Seandainya para mahasiswa Papua tidak mudah terpancing oleh isu rasial yang terjadi di Surabaya, mungkin mereka tidak akan terganggu studinya, ini bisa dijadikan contoh bagi mahasiswa yang lain, bahwa dalam setiap tindakan seharusnya dipikirkan terlebih dahulu dampak yang akan ditimbulkan, agar kejadian ini tak terulang lagi. Karena mereka sendiri yang rugi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar