Hoaks Ancaman Kelompok Separatis Papua Kepada Pemerintah untuk Berkelit dari Kesalahan Tindakan Brutal - Berita Papua

Breaking

Jumat, 30 Desember 2022

 Hoaks Ancaman Kelompok Separatis Papua Kepada Pemerintah untuk Berkelit dari Kesalahan Tindakan Brutal



Pesan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) terhadap Panglima TNI Laksamana Yudo Margono agar bertindak tegas terhadap kelompok separatis Papua mendapat tanggapan dari Panglima tertinggi West Papua Amry, Damianus Magai Yogi. Dalam sebuah artikel yang dikutip dari thetpn-pbnews.com dirinya menyebut bahwa kelompoknya siap melawan serta mendesak pemerintah Indonesia segera melakukan perundingan damai untuk menyiapkan referendum. Menurutnya, biarkan masyarakat Papua menentukan nasib sendiri, atau menghadapi perlawanan lebih dari kelompok bersenjata di Papua.

Di akhir pernyataan, dirinya menegaskan bahwa jika Presiden Jokowi tidak menanggapi, maka wilayah yang sedang diam seperti Meepago akan angkat senjata untuk lakukan perlawanan. Sebuah model ancaman yang sebenarnya perlu dikaji lagi motifnya. Pasalnya, sudah terlampau sering kelompok separatis Papua melalui sejumlah perwakilan juru bicaranya menyampaikan hal demikian di saat kondisinya sedang terjepit atau tertekan. Artinya, adanya pernyataan menjurus ke ancaman bisa menjadi pertanda bahwa keberadaannya sedang terdesak. Namun begitu, kondisi ini tetap perlu untuk diwaspadai.

Omong Kosong Kelompok Separatis Papua Sebut Kuasai Kabupaten Maybrat

Tak berselang jauh dari pernyataan ancaman terhadap Presiden Jokowi, kelompok Separatis Papua pernah mengklaim melalui pernyataan di sebuah video berdurasi 3 menit bahwa pihaknya mengaku telah menguasai ibukota Kabupaten Maybrat Papua Barat. Dalam video yang mulai beredar pada 25 Desember lalu tersebut disebutkan bahwa gerilyawan kelompok separatis telah berhasil menduduki distrik Kumerkek, Kabupaten Maybrat, sebagai capaian pertama di akhit tahun 2022. Pernyataan dalam video yang disampaikan oleh Komandan Operasi TPNPB Kodap IV Sorong Raya, Arnoldus Yancen Kocu tersebut juga menyatakan diri siap menolak agenda kemanusiaan yang dilakukan oleh Komnas HAM di Maybrat. Sebelumnya terdapat rekomendasi dari Komnas HAM agar kepala daerah Maybrat dan Teluk Bintuni dapat bertemu dengan kelompok TPNPB.

Merespon klaim tersebut, Kapolda Papua Barat Irjen Pol Daniel Tahi Monang Silitongan menyampaikan bahwa pihaknya akan mengejar dan menangkap anggota TPNPB yang telah mengklaim menguasai Kabupaten Maybrat, Provinsi Papua Barat Daya. Hingga kini pihaknya tegas menyatakan bahwa wilayah Maybrat termasuk Kisor dan kampung lain tengah dalam kondisi aman. Dirinya menduga bahwa Arnoldus dan anggotanya hanya turun ke kota untuk mengambil gambar sejenak. Bantahan atas klaim penguasaan oleh kelompok separatis juga diperkuat oleh pernyataan dari kabid Humas Polda Papua Barat melalui Kapolres Maybrat, AKBP Gleen Molle bahwa situasi di Ibukota Maybrat dalam kondisi aman terkendali, tidak seperti yang dikabarkan oleh Arnold Yancen Kocu.

Sosok Arnoldus Yancen Kocu pembuat Hoaks Klaim Kuasai Wilayah Maybrat

Dalam sejumlah catatan dan narasi media yang beredar disebutkan bahwa sosok Arnoldus memiliki jabatan penting di TPNPB sebagai Komandan Operasi IV Sorong Raya. Militan TPNPB yang dipimpinnya disebut sebagai aktor penyerangan 14 pekerja proyek di jalan trans Bintuni-Maybrat, Papua Barat. Selain itu, tentara OPM juga menembaki para pekerja saat hendak lari menyelamatkan diri. Melalui juru bicara OPM, Sebby Sambum pernah menyebut bahwa keempat pekerja yang tewas dibantai disebut sebagai intelijen Indonesia. Namun, hal tersebut tak terbukti setelah dilakukan kroscek oleh sejumlah pihak.

Pelemparan Hoaks untuk Berkelit dari Kesalahan

Strategi penggunaan hoaks juga ternyata dijadikan kelompok separatis, selain untuk memicu keresahan publik, juga sebagai media untuk berkelit dari kesalahan yang pernah dilakukan. Sejumlah rentetan kejadian pernah menjadi jejak yang tak terlupakan dalam manuver kelompok separatis tersebut. Hingga pengujung tahun 2022 ini, terdapat lebih dari 40 aksi penyerangan yang dilakukan Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua. Banyak korban berjatuhan akibat kebrutalan tersebut, tak hanya anggota TNI/Polri, namun juga dari masyarakat sipil. Diantaranya para pekerja proyek, pegawai, tenaga kesehatan, hingga tukang ojek. Dari data yang dihimpun, setidaknya tercatat sebanyak 41 korban yang tewas sepanjang tahun 2022 akibat aksi teror KST Papua, sebelas di antaranya adalah anggota TNI/Polri.

Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) III pernah meluruskan hoaks tentang tewasnya tiga wanita di Kabupaten Puncak Papua yang ditembak aparat militer Indonesia. Kabar tersebut beredar dari pemberitaan sebuah media online partisan. Kabar yang ternyata hoaks tersebut sengaja disebarkan oleh kelompok separatis Papua. Secara tegas, Kepala Penerangan (Kapen) Kogabwilhan III Kolonel Czi IGN Suristiawa mengatakan, tidak ada kejadian seperti yang diberitakan. Kelompok separatis OPM yang didukung oleh front politik dan klandestin di antaranya jurnalis, media dan pegiat media sosial secara aktif menyebarkan hoaks untuk menyudutkan pemerintah. Apabila teroris OPM membakar sekolah, membunuh guru dan menebar teror lain, pendukung mereka sengaja untuk berdiam dan tidak komentar apa-apa. Hoaks tersebut juga turut disebarkan oleh aktivis pro Papua merdeka dengan tujuan memfitnah tim gabungan TNI-Polri.

Dalam menjalankan aksinya, setidaknya terdapat 2 media online dimana pimpinan dan redakturnya sangat intens berhubungan dengan sosok Veronica Koman sebagai influencer. Setiap propaganda yang dimuat media pendukung kelompok separatis OPM, selalu menjadi bahan kicauannya di twitter. Penggiringan opini melalui hoaks dibuat untuk menarik perhatian publik, Pendukung separatis OPM juga pernah menyebar fitnah terkait hancurnya Gereja Kingmi yang bertujuan memprovokasi jemaat gereja, baik lokal, nasional, maupun internasional. Salah satu faktor strategi hoaks dilancarkan adalah karena terdesaknya posisi kelompok separatis.

Di lain kesempatan, juru bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom juga menyebarkan isu yang menyebutkan bahwa TNI-Polri melempar bom ke perkampungan penduduk di Papua. Dalam tuduhannya, aparat dengan kekuatan penuh dilengkapi dengan pasukan khusus bernama Pasukan Setan menyerang perkampungan penduduk lokal di Ilaga. Terdapat 40 kali serangan udara dari TNI-Polri. Serangan tersebut diklaim menggunakan helikopter. Menanggapi hal tersebut, Kasatgas Humas Nemangkawi Kombes Pol Iqbal Alqudusy menegaskan, bahwa kabar tersebut adalah hoaks. Dirinya mengimbau agar masyarakat tidak mempercayai informasi tersebut. Untuk diketahuti bahwa Sebby Sambom adalah juru bicara yang sudah tidak diakui lagi oleh TPNPB.

Sebelumnya Sebby Sambom juga sempat mengklaim bahwa aparat keamanan TNI-Polri telah menewaskan remaja berusia 17 tahun. Padahal, nyatanya dua anggota Kelompok Separatis Papua yang tewas dalam kontak senjata dengan TNI-Polri dipastikan telah berusia dewasa. Hal tersebut dibenarkan oleh Kapolres Mimika AKBP I Gustri Era Adinata. Sebby secara sengaja telah menebar hoaks soal tewasnya remaja berusia 17 tahun, untuk memunculkan kesan negatif terhadap TNI-Polri.

Masyarakat Papua Agar Tak Mudah Terhasut Pernyataan Kelompok Separatis

Menjadi cara dan upaya untuk melancarkan misinya, sudah pasti segala hal dilakukan oleh kelompok separatis untuk menarik perhatian pemerintah, bahkan hingga dunia internasional. Sebagai masyarakat yang melek informasi dan media, menjadi tanggung jawab kita semua untuk mampu bersikap kritis serta memperhatikan sepak terjang kelompok separatis dalam bermanuver. Sehingga ke depan tidak ada pihak yang termakan isu murahan oleh kelompok pembelot yang telah mengusik kedamaian bumi cenderawasih tercinta.

SUMBER : https://waktunya.online/2022/12/28/hoaks-ancaman-kelompok-separatis-papua-kepada-pemerintah-untuk-berkelit-dari-kesalahan-tindakan-brutal/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar