TNPPB Kembali Membuat Hoaks TNI Gunakan Roket - Berita Papua

Breaking

Selasa, 07 Januari 2020

TNPPB Kembali Membuat Hoaks TNI Gunakan Roket

TNPPB Kembali Membuat Hoaks TNI Gunakan Roket

Juru Bicara Tentara Nasional Pembebasan Papua Barat/ Organisasi Papua Merdeka (TNPPB/OPM), Sebby Sambom menyebut dua anggotanya tewas karena diserang dengan roket atau rudal balistik oleh TNI. "Itu bukan ditembak. Itu diroket rudal balistik di saat di Kampung Kimbely," kata Sebby.

Sebby mengatakan akan membawa permasalahan ini ke ranah pelanggaran HAM di tingkat internasional. Menurur Sebby, selain mengenai anggotanya, rudal balistik juga melukai masyarakat. "Kami akan ajukan pelanggaran HAM internasioanl karena rudal balistik ditembak dari jarak 3 km di kampung-kampung. Ada masyarakat yang kena," ucap Sebby.

Membantah pernyataan jubir TNPPB Sebby Sambom yang menyebut TNI menggunakan roket atau rudal dalam menghalau OPM, Kapendam XVII Cendrawasih, Kolonel Infanteri Muhammad Aidi langsung menyanggahnya, ia menyebut, TNI menggunakan mortir.

"Seperti yang Pangdam katakan, kami menggunakan mortir untuk menakuti TNP OPM. Bukan rudal," kata Aidi.

Penggunaan mortir oleh TNI adalah salah satu taktik untuk membuat Tentara Nasional Pembebasan Papua Barat (TNPPB) mundur dan meninggalkan area desa yang disandera agar pasukan TNI dapat masuk ke area desa hingga dapat menyelamatkan warga.

"Itu taktik kami supaya mereka kocar kacir, lari. Saat itu pasukan kami punya kesempatan masuk ke Desa Kimbely," tambah Aidi.

Dalam kesempatan yang sama, Aidi pun menjelaskan bahwa dua jasad terduga kelompok TNPPB/OPM yang ditemukan di hutan, menderita luka tembak di perut. "Ada luka tembak di perut," sambung dia, kata Aidi, tidak ada korban luka satu pun dari warga sipil. TNI-Polri telah mengevakuasi para warga korban sandera TNPPB/OPM dengan kondisi selamat.

"Dia bicara ada warga yang terluka tapi faktanya tidak ada satu pun dari kurang lebih 1.300 warga yang terluka saat operasi penyelamatan," tegas Aidi.

Aidi menyampaikan jika TNPPB/OPM ingin melakukan perang terbuka dengan aparat TNI-Polri, jangan melibatkan masyarakat. "Tentukan zonanya dimana, jangan libatkan masyarakat, jangan jadikan masyarakat tameng," imbuh Aidi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar